Senin, 26 Januari 2009

Review Developing the Curriculum by Peter F. Oliva

BAB 11

MEMILIH DAN MENGIMPLEMENTASIKAN

STRATEGI PENGAJARAN

MEMUTUSKAN STRATEGI PENGAJARAN

Pada saat tiba waktunya periode perencanaan, seorang guru menyusun sejumlah pendekatan yang mungkin dapat digunakannya dalam menciptakan unit pembelajaran mengenai suatu topik. Kemudian, guru tersebut harus memutuskan berapa banyak hari yang ia butuhkan untuk menyampaikan topik tersebut. Apakah kemudian ia akan menggunakan satu atau semua pendekatan yang telah ia pertimbangkan sebelumnya, lalu, pendekatan mana yang pertama kali ia gunakan, dan bagaimana ia akan menggabungkan pendekatan-pendekatan yang dipilihnya tersebut.

“Strategi” secara keseluruhan, meliputi metode, prosedur, dan teknik yang digunakan oleh guru untuk mempresentasikan mata pelajaran kepada murid-muridnya, dan untuk memberikan hasil yang efektif. Sebuah strategi pengajaran biasanya terdiri atas sejumlah prosedur atau sejumlah teknik mengajar.

SUMBER-SUMBER STRATEGI PENGAJARAN

Sasaran Pengajaran sebagai Sumber Strategi Pengajaran

Pilihan strategi pengajaran terbatas pada sasaran pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Terkadang, strategi pengajaran sudah terlihat jelas. Tak ada alternatif praktis, pada intinya, “sasaran pengajaran adalah strategi pengajaran itu sendiri”. Contohnya saja, bila sasaran pengajaran menyatakan: murid akan melakukan lompat tinggi. Maka, murid akan bisa lompat tinggi dengan melakukannya.

Mata Pelajaran sebagai Sumber Strategi Pengajaran

Mata pelajaran dapat menyediakan sumber strategi pengajaran. Guru harus membidik tepat ke mata pelajaran itu dan memutuskan fakta prinsip, pemahaman, tindakan, apresiasi, dan keterampilan apa yang harus dikuasai oleh para peserta didik. Sementara beberapa bidang pelajaran memiliki reputasi sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari—contohnya saja: kalkulus, kimia, dan fisika—beberapa bidang pelajaran lainnya jauh lebih sulit untuk diajarkan. Seperti halnya pelajaran moral, contohnya saja bila seorang pendidik berusaha mengajarkan anak didik untuk tidak mencontek. Maka, metode apa yang paling efektif untuk menanamkan sikap tidak menyukai tindakan mencontek?

Mengajar tentang suatu mata pelajaran berbeda dari mengajar suatu mata pelajaran yang merupakan pendekatan yang harus dihindari oleh guru berpengalaman. Pada ranah afektif, mudah sekali untuk terjebak dalam situasi di mana guru mengajar mengenai hasil yang diharapkan. Contohnya saja, murid sering membaca mengenai demokrasi sebagai pandangan hidup bangsa, namun murid sendiri tidak diberi kesempatan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya dalam lingkup sekolah.

Murid sebagai Sumber Strategi

Strategi pengajaran harus disesuaikan dengan kondisi murid. Guru yang meremehkan kemampuan peserta didik dan berbicara dengan nada menyepelekan mereka atau sebaliknya, terlalu melebih-lebihkan kecerdasan peserta didik dan terlalu memuji-muji mereka, bukanlah guru yang menggunakan pendekatan murid sebagai sumber strategi pengajaran.

Murid dapat berpartisipasi dalam perencanaan pengajaran secara efektif dengan cara: (1) turut menentukan pilihan di antara topik-topik yang sama-sama dapat dibahas; (2) membantu mengidentifikasi sasaran pengajaran; (3) memberikan masukan mengenai strategi pengajaran yang sesuai; (4) dapat memilih tugas, dikerjakan secara individu atau secara berkelompok; (5) memilih materi pelajaran; (6) menentukan struktur kegiatan belajar mengajar.

Masyarakat sebagai Sumber Strategi

Keinginan orangtua, tipe lingkungan masyarakat, tradisi, dan kesepakatan, kesemuanya itu memegang peranan dalam menentukan strategi pengajaran ruang kelas.

Usaha-usaha masyarakat untuk menyunting materi dan metode yang digunakan sering terjadi di beberapa wilayah. Meskipun pihak pendidik mungkin mendapatkan kesulitan dari masyarakat karena pilihan masyarakat atas teknik dan muatan pelajaran di sekolah, para pendidik semestinya tidak mengabaikan tindakan masyarakat itu. Karena bagaimanapun juga, pihak-pihak yang berkepentingan diharapkan untuk melibatkan anggota masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum. Belajar mengenai kebutuhan masyarakat, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya mungkin perlu dilakukan sebelum seorang guru bisa memperoleh dukungan dari masyarakat dalam menggunakan teknik yang ia yakini merupakan teknik yang paling efektif. Opini masyarakat mengenai sekolah dan kurikulumnya dapat dikumpulkan melalui komite penasihat, kelompok relawan dari pihak orangtua, persatuan orangtua-guru (sekolah), dan kelompok masyarakat.

Guru sebagai Sumber Strategi

Strategi pengajaran harus sesuai dengan (1) gaya mengajar masing-masing guru, dan (2) model (model-model) pengajaran yang digunakan oleh guru. Guru harus menganalisis gaya mengajar tertentu yang mereka gunakan dan guru juga harus menganalisis model pengajaran yang menurut mereka paling cocok untuk gaya mengajar mereka tersebut. Guru harus mencari tahu bagaimana memperluas perbendaharaan mereka dengan cara mengembangkan lebih dari satu model mengajar.

Acuan dalam Memilih Strategi Pengajaran

Terdapat acuan untuk membantu guru dalam memilih strategi pengajaran, yang menunjukkan bahwa suatu strategi harus tepat bagi:

  1. peserta didik. Strategi pengajaran harus dapat memenuhi kebutuhan dan minat murid serta harus sesuai dengan gaya belajar mereka.
  2. guru. Strategi pengajaran harus bisa berhasil baik bagi masing-masing guru.
  3. mata pelajaran. Contohnya: bantuan napas buatan, lebih efektif bila dipelajari dengan ditunjukkan caranya dan melatihnya daripada hanya diberi teori saja.
  4. waktu yang disediakan. Contohnya: sebuah eksperimen ilmiah yang membutuhkan waktu beberapa hari tidaklah mungkin dilakukan bila tidak diberikan waktu yang cukup untuk itu.
  5. sumber yang disediakan. Materi referensi mesti tersedia bila murid diwajibkan untuk menyelesaikan proyek riset yang mengharuskan mereka untuk menggunakan materi referensi tersebut.
  6. fasilitas. Contohnya: dengan membagi-bagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mengadakan diskusi, mungkin tidak akan praktis bila ruangan yang tersedia kecil ukurannya.
  7. sasaran pengajaran. Strategi pengajaran harus dipilih untuk memenuhi sasaran pengajaran.

GAYA/CARA MENGAJAR

Gaya mengajar adalah serangkaian karakter pribadi dan pembawaan yang jelas-jelas mengidentifikasi seorang individu sebagai seorang guru yang unik. Guru, baik secara sadar maupun tidak, mengadopsi gaya mengajar tertentu. Guru sebagai orang yang suka membantu, suka mendisiplinkan, aktor, teman, sosok ayah atau ibu, otokrat, seniman, kakak, orang yang menjelaskan dengan terperinci, merupakan contoh-contoh dari gaya guru mengajar. Barbara Bree Fischer dan Louis Fischer (1979, dalam Oliva, 1992: 409) mendefinisikan gaya mengajar sebagai: sifat yang meresap dalam perilaku seorang individu, sifat yang terus-menerus bertahan walaupun muatannya mungkin berbeda.

Fischer dan Fischer mengidentifikasi beberapa gaya mengajar, antara lain:

Orientasi pada Tugas.

Perancang Ko-operatif.

Terpusat pada Anak Didik.

Terpusat pada Mata Pelajaran.

Terpusat pada Pembelajaran.

Hal yang Menarik secara Emosional dan Hambatannya.

GAYA PEMBELAJARAN

Gaya mengajar guru berkaitan erat dengan gaya belajar murid. Beberapa murid memiliki karakteristik: rajin, pekerja keras, memiliki kemauan untuk mulai belajar sendiri lebih dulu, lambat tapi tekun, berprestasi tinggi, skeptis, dan lain-lain. Dari karakteristik tersebut, masing-masing murid memiliki gaya pembelajaran yang berbeda satu sama lain sebagaimana halnya masing-masing guru yang memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda. Guru harus menyadari bahwa gaya mengajar mereka dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap prestasi murid dan bahwa gaya mengajar guru seringkali bertentangan dengan tujuan murid itu sendiri. Untuk itu, diperlukan perubahan dan gaya mengajar guru.

Gaya mengajar guru bukanlah sesuatu yang begitu saja berubah dengan mudah. Gaya mengajar guru dapat diubah melalui berbagai proses kemauan untuk belajar, pelatihan yang sesuai, konseling/bimbingan, atau terapi.

Murid sendiri selama proses bersekolah akan belajar bagaimana berinteraksi dengan banyak murid lainnya yang memiliki karakter berbeda-beda dan gaya belajar yang berbeda pula. Meskipun beberapa murid memilih gaya belajar yang santai, tidak terstruktur, dan informal selama masa bersekolah, sewaktu lulus mereka akan menghargai guru yang memiliki gaya mengajar yang berorientasi tugas dan terfokus pada mata pelajaran karena guru-guru tersebut tetap memegang teguh prinsip mereka tersebut sehingga membantu murid santai tersebut untuk berhasil di masyarakat setelah mereka lulus.

MODEL MENGAJAR

Model mengajar adalah serangkaian perilaku umum yang menekankan pada satu strategi tertentu atau pada serangkaian strategi. Bruce Joyce dan Marshal Well (dalam Oliva, 1992) mendefinisikan “model mengajar” sebagai berikut: model mengajar adalah rencana atau pola yang bisa digunakan untuk membentuk kurikulum (mata pelajaran jangka panjang), untuk merancang materi pengajaran, dan untuk memberi acuan pengajaran di dalam ruang kelas dan tempat lain.

PENTINGNYA VARIASI

Keberagaman model pengajaran merupakan hal penting agar pengajaran menjadi sukses. Proses belajar mengajar yang menggunakan satu model pengajaran yang konstan akan membuat murid menjadi bosan dan lelah.

Sementara, suatu model pengajaran juga harus sesuai dengan gaya mengajar guru maupun sesuai dengan gaya belajar murid. Maka, diharapkan masing-masing guru di satu sekolah tidak memiliki model pengajaran yang sama.

KECAKAPAN MENGAJAR

Kecakapan mengajar merupakan kompetensi umum dan spesifik yang penting untuk dirancang dan untuk melakukan pengajaran.

Kompetensi Umum

Perencanaan pelajaran merupakan sebuah kecakapan umum yang bersangkutan dengan semua guru pada jenjang apa pun. Kemampuan untuk mengajar murid untuk mengerjakan pembagian angka berapa pun merupakan contoh dari kecakapan mengajar secara spesifik. Baik model pengajaran maupun kecakapan mengajar haruslah cocok dengan gaya mengajar guru. Strategi pengajaran harus sesuai dengan gaya mengajar, model pengajaran, dan kecakapan mengajar guru.

Tak masalah kecakapan guru tersebut merupakan kecakapan umum atau spesifik, guru harus bisa menunjukkan beragam kecakapan pengajaran yang bisa diadaptasi ke dalam gaya mengajar dan model pengajaran mereka sendiri. Riset membuktikan bahwa perilaku guru mengungkapkan bahwa kecakapan mengajar dapat ditiru, dipelajari, dimodifikasi, dan diadopsi.

Gaya mengajar masing-masing guru, model mengajar yang digunakan guru, dan kecakapan mengajar yang mereka miliki, semuanya mempengaruhi rencana pengajaran mereka. Contohnya saja, guru memilih strategi yang sesuai dengan gaya mereka masing-masing. Maka, mereka menggunakan model yang juga sesuai dan memilih strategi yang dibutuhkan oleh kecakapan mengajar mereka.

MENGORGANISIR PENGAJARAN

Membuat perencanaan pengajaran terdiri atas komponen-komponen berikut:

  • tujuan
  • sasaran
  • strategi
  • sumber pembelajaran
  • teknik evaluasi

Unit Perencanaan

Unit perencanaan yang sering disebut juga dengan “unit pembelajaran”, “unit mengajar”, atau sekadar “unit saja adalah suatu alat untuk mengorganisir komponen pengajaran untuk mengajarkan topik atau tema tertentu.

Unit perencanaan ditulis untuk digunakan. Unit perencanaan merupakan dokumen kuat dan harus digunakan yang sangat membantu, dan diperbanyak, dikurangi, diperbaiki, dam dibuang bila perlu.

Perencanaan Pelajaran

Perencanaan pembelajaran memetakan pengajaran sehari-hari. Membuat unit pengajaran merupakan hal penting bagi perencanaan yang holistik atau secara keseluruhan. Laurence J. Peter (dalam Oliva, 1992) mengemukakan bahwa “Perencanaan pelajaran adalah sebuah garis besar yang dipersiapkan untuk mengajar, sehingga, waktu dan materi dapat dimanfaatkan secara efisien”.

PRESENTASI/PENYAMPAIAN PENGAJARAN

Setelah merencanakan dan mengorganisir pengajaran, guru kemudian tiba pada proses mengarahkan pengalaman pembelajaran murid di ruang kelas. Dari penelitian-penelitian yang diadakan mengenai mengajar efektif, dapat disimpulkan bahwa murid akan belajar lebih baik bila guru pun mengharapkan murid untuk belajar, guru fokus pada muatan yang akan diajarkan, terus memberi tugas pada murid, memberikan latihan cukup, memonitor prestasi murid, dan memperhatikan keberhasilan murid.

Terbukti bahwa untuk beberapa tipe pembelajaran tertentu dan untuk beberapa tipe murid tertentu, pengajaran secara langsung terhadap kelompok secara keseluruhan oleh guru akan lebih efektif daripada strategi lain dengan kelompok-kelompok kecil. Terbukti juga bahwa teknik “melatih” murid merupakan teknik yang tepat untuk beberapa tipe pembelajaran dan beberapa tipe murid. Pendidikan calon guru harus membuat calon guru yang memiliki prospek untuk mewaspadai cakupan strategi pengajaran yang cukup luas menjadi memungkinkan dan membantu para calon guru tersebut untuk mengembangkan kecakapan dalam penggunaan strategi-strategi pengajaran tersebut.

PENGAJARAN INDIVIDUAL versus PENGAJARAN KELOMPOK

Para pendukung pengajaran individual mengemukakan bahwa pengajaran seharusnya diarahkan menuju kebutuhan masing-masing individu murid. Strategi pengajaran terprogram, bekerja sendiri secara individu, belajar mandiri, tutorial, belajar mandiri yang terpandu, dan pengajaran dengan media komputer, telah dipraktikkan di sekolah-sekolah.

Sementara, mereka yang mendukung pengajaran kelompok mengemukakan bahwa, untuk beberapa tujuan tertentu, mengajar semua kelompok secara keseluruhan jauh lebih efisien dan praktis di dalam sistem pendidikan massal kita daripada bila menggunakan pengajaran individual. Konsekuensinya, mengajar kelompok atau subkelompok telah memberikan efisiensi waktu. Bahkan, penelitian mengenai efektivitas guru mendukung pendekatan mengajar kelompok.

Video Interaktif

Pengajaran terbaru dalam individualisasi adalah video interaktif, yang dikembangkan melalui teknologi pengajaran dengan media komputer dan digabungkan dengan teknologi presentasi video. Gary W. Orwig dan Donna J. Baumbach (dalam Oliva: 1992: 429) mengemukakan bahwa “Video interaktif adalah sebuah pesan video yang dikendalikan oleh program komputer”.

Sementara video presentasi yang sejenis dengan video interaktif menempatkan peserta didik dalam peran pasif, maka video interaktif bisa membuat murid untuk memegang peran aktif dengan merespon presentasinya. Orwig dan Baumbach menggambarkan tiga level video interaktif, sekalipun level pertamanya tidak menggunakan media komputer: (1) alat pemutar video disc tanpa komputer, membuat murid tidak bisa berinteraksi; (2) alat pemutar video disc dengan komputer internal; dan (3) alat pemutar video disc yang dikendalikan leh komputer desktop eksternal, yang dapat membuat proses interaksi berjalan baik. Orwig dan Baumbach menyatakan bahwa video interaktif merupakan media pengajaran yang kuat, dan video interaktif tersebut memiliki potensi untuk mengubah cara belajar masyarakat.

Pembelajaran ko-operatif

Menurut Robert E. Slavin (dalam Oliva, 1992: 429), pembelajaran ko-operatif merupakan bentuk organisasi ruang kelas di mana murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu murid lainnya mempelajari materi akademis.

Pembelajaran kelompok menekankan aspek positif dari murid untuk bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Dengan pembelajaran kelompok, masing-masing murid memiliki tanggung jawab terhadap kelompok mereka demi kemajuan kelompok mereka sendiri.

KESIMPULAN

Memilih strategi pengajaran merupakan salah satu langkah terakhir dalam merencanakan pengajaran. Strategi pengajaran berasal dari sejumlah sumber, termasuk sasaran pengajaran, mata pelajaran, murid, masyarakat, dan guru.

Guru memiliki beragam variasi dalam gaya, model, dan keahlian mengajar mereka. Gaya mengajar berarti sifat unik masing-masing guru yang dikembangkan selama bertahun-tahun untuk membedakan dirinya sendiri dari guru lainnya.

Model pengajaran merupakan peran umum—pola dari suatu metode—seperti misalnya: guru sebagai pemimpin diskusi, pengajar televisi, atau informan bahasa asing. Metode Sokrates dengan menstimulasi pemikiran seseorang, pada akhirnya mempengaruhi pemilihan model yang menggunakan model pengajaran (peran guru sebagai seorang pengkhotbah) maupun metode (guru yang menyampaikan khotbah).

Kecakapan mengajar merupakan kompetensi umum dan spesifik yang penting untuk dirancang dan untuk melakukan pengajaran. Perencanaan pelajaran merupakan sebuah kecakapan umum yang bersangkutan dengan semua guru pada jenjang apa pun. Kemampuan untuk mengajar murid untuk mengerjakan pembagian angka berapa pun merupakan contoh dari kecakapan mengajar secara spesifik. Baik model pengajaran maupun kecakapan mengajar haruslah cocok dengan gaya mengajar guru. Strategi pengajaran harus sesuai dengan gaya mengajar, model pengajaran, dan kecakapan mengajar guru.

Strategi pengajaran, gaya mengajar, dan kecakapan mengajar semuanya dipilih, diadopsi, dan diimplementasikan untuk memenuhi tujuan dan sasaran pengajaran hingga berhasil baik. Tujuan akhir dari semua strategi, gaya mengajar, model pengajaran, dan kecakapan mengajar adalah untuk membantu perkembangan prestasi baik murid.

Komponen pengajaran yang beragam haruslah diorganisir menjadi—di antara tipe-tipe perencanaan lainnya—unit jangka pendek dan perencanaan pelajaran harian. Meskipun guru dapat merancang format unit perencanaan dan perencanaan pelajaran mereka sendiri, guru disarankan untuk menggunakan garis besar umum tentang unit perencanaan dan perencanaan pelajaran. Sewaktu guru sudah memiliki pengalaman banyak, kurangnya detail daalam perencanaan bukanlah perkara besar. Bagaimanapun juga, beberapa perencanaan merupakan hal yang penting untuk disusun.

Terdapat strategi baru dalam presentasi/penyampaian pengajaran yang disebut dengan “sistem penyampaian”. Teknologi video interaktif melengkapi pendekatan baru dalam pengajaran individual: pembelajaran ko-operatif merupakan variasi/ragam terbaru dari pengajaran kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Oliva, Peter F. 1992. Developing the Curriculum: Third Edition. United States of America: HarperCollins Publishers